1. Bisa diceritakan sedikit ttg sejarah terbentuknya webzine anda (dimana anda bekerja)? Mungkin bisa diceritakan inspirasi awal2nya dan juga kesulitan/kemudahan yang ditemui pada saat2 awal (susah/tidaknya mendapatkan support, penulis, dll)
Wasted Rockers berdiri tahun 2003. Dulu masih berformat fanzine fotokopian. Sempat terbit dua edisi, lalu berubah format menjadi newsletter (masih dengan format fotokopian), dengan saya sendiri (Dede) yang masih mengerjakan semuanya. Lalu di tahun 2005 Gembi masuk, jadinya tidak sendirian lagi saya bekerja. Newsletter kami pun berubah format, yang tadinya fotokopian menjadi cetak.
Kesulitan-kesulitan yang awalnya kami temukan pada awalnya pun standar: biaya produksi, waktu & distribusi. Tapi seiring dengan waktu, akhirnya kesulitan-kesulitan itu pun tersebut bisa kami hadapi dengan baik. Mulai tahun 2009 Wasted Rockers mengubah formatnya, yang tadinya media-cetak menjadi media on-line, dengan alasan efesiensi dan aktualisasi.
2. Apa yang anda ingin capai dengan webzine ini? Apa ada webzine luar/lain yg menjadi inspirasi atau panutan?
Ya nggak mulu-muluk lah. Cuma sebagai sarana media informasi untuk scene lokal. Kalau bisa sampai influental, dikenal, dan diapresiasi dengan baik… Well, it’s a bonus then
Jujur, kalau untuk webzine luar saya tidak ada favorit khusus. Lebih sering ngacak saya browse-nya. Kalaupun yang lumayan sering saya buka palingan Pitchfork on-line.
3. Menurut anda, apa yg memberikan sebuah webzine karakternya tersendiri? Dan apa saja hal essential yang diperlukan untuk membuat sebuah webzine yang baik?
Gaya penulisan, layout website, porsi / topik yang sering diangkat.
Hal yang esensial untuk membuat webzine yang baik: refrensi dan taste yang bagus. Refrensi apapun itu. Karena dari situ semuanya akan mengalir…
4. Apa yang menjadi ciri dari webzine anda sendiri? Apa yang membuat anda bangga akan webzine anda? Selama ini, apakah content yg pernah anda muat yg paling anda banggakan?
Ciri dari Wasted Rockers adalah lebih banyak mengangkat musisi lokal, daripada musisi luar. Khususnya musisi-musisi yang underatted. Kami juga banyak mengangkat genre-musik yang selama ini belum pernah / jarang disentuh oleh media musik lainnya. Karena buat apa mengangkat musisi luar, terutama yang sudah besar, karena pasti sudah banyak media yang mengulas mereka. Band-band lokal lah yang paling membutuhkan pertolongan kita!…
Yang paling membuat kami bangga akan Wasted Rockers, adalah media ini sudah diakui oleh media-media musik mainstream skala nasional Padahal khan kita cuma media d.i.y yang sama saja dengan media-media independen lainnya di Indonesia.
Konten yang paling membuat kami bangga adalah (menurut saya pribadi, Dede); dulu di tahun 2005 saya pernah mengulas Battles, band math-rock keren dari US yang saat itu baru keluar. Saat itu di US pun band ini belum ‘hype’. Hingga akhirnya di tahun 2007 Battles meledak di scene indie US, dan media-media musik lokal di sini baru mengulasnya setahun kemudian (tahun 2008). Hahaha…
5. Apakah ada sebuah artikel (di webzine/majalah luar) yg sampai sekarang menjadi artikel/majalah/webzine yang mengubah hidup anda?
Apa yah? Mungkin artikel dari majalah-majalah musik, maupun fanzine koleksi saya jaman dulu kali yah?!… Haha…
6. Sejauh mana webzine akan berperan dalam memajukan scene seni/kultur di indonesia?
Menurut saya ke depannya webzine akan banyak berperan. Karena saat ini media on-line sudah banyak sekali jumlahnya. Juga karena distribusi berita yang disalurkannya lebih cepat. Untuk mengaksesnya pun tidak memerlukan biaya yang mahal. Makanya sekarang media on-line lebih banyak difavoritkan. Meskipun begitu media-cetak juga tetap banyak penggemarnya, termasuk kami yang tetap mengidolakan media-cetak.
7. Apa yang membedakan webzine lokal dan international?
Webzine internasional lebih bisa mencari celah untuk menjadikannya lahan bisnis kali yah… Kalau lokal masih dalam tahap pencarian eksistensi saja (meski sudah ada beberapa yang bisa “pro”)
8. Apa plan2 dan harapan ke depan anda?
Muncul lebih banyak media-media yang bermutu isinya. Yang tidak hanya mengandalkan imej / tampilan luar, tapi tulisan dan refrensinya butut. Karena media yang baik akan mengedukasi para pembacanya.
* Interview oleh: Marcel Thee dari The Jakarta Globe, 18 Januari 2010.
[Via http://wastedrockers.wordpress.com]
No comments:
Post a Comment